Jumat, 01 April 2011

AEROPONIK

Aeroponik berasal dari kata kata yaitu aero yang berarti udara dan ponos yang berarti daya atau kerja. Sehingga, secara sederhana aeroponik dapat diartikan sebagai metode memberdayakan udara. Aeroponik merupakan suatu tipe hidroponik menggunakan udara sebagai media utama dan mendapatkan nutrisi & air melalui semprotan kabut (mist/fog) buatan. Teknik ini menempatkan tanaman sedemikian rupa hingga akar diposisikan tergantung diudara dan ditopang oleh styrofoam. Nutrisi diberikan dengan cara pengkabutan secara merata di daerah perakaran. Akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan nutrisi tersebut.



Prinsip Kerja Aeroponik
Titik utama aplikasi aeroponik di lapang adalah tekanan (pressure) yang dihasilkan oleh pompa harus tinggi dan kesesuaian desain instalasi. Tekanan tinggi pada selang saluran akan menghasilkan butiran air berbentuk kabut. Permasalahan dilapang untuk teknik aeroponik pada umumnya adalah tekanan yang dihasilkan pompa kurang tinggi sehingga terkreasi butiran air kasar bukan kabut sehingga DO butiran air menurun. Semakin kecil butiran air maka permukaan butiran air semakin luas. Semakin luas permukaan butiran air maka persinggungan dengan udara semakin banyak. Semakin banyak persinggungan dengan udara maka kemungkinan penambatan O2 oleh butiran air semakin besar.

Butiran air (droplet) kabut yang bagus berukuran sekitar 2,5 mikro m. Metode aeroponik gencar dikembangkan pertama kali pada tahun 1960-1970-an oleh NASA. Departemen riset NASA berusaha menumbuhkan tanaman pada gravitasi rendah, produksi tinggi dan terkontrol untuk kolonisasi angkasa dimasa mendatang. Pada umumnya aeroponik digunakan untuk tanaman bernilai ekonomis tinggi.
Interval penyemprotan sprinkler bisa memakai acuan yaitu 10 menit semprot dan 15 menit berhenti. Secara umum, interval mati (off) penyemprotan sebaiknya tidak lebih dari 15 menit karena dikhawatirkan tanaman akan layu. Interval penghentian penyemprotan disesuaikan dengan jenis tanaman. Butiran larutan yang melekat pada akar dapat bertahan selama 15-20 menit ketika penyemprotan dihentikan. Pancaran atau pengabutan juga dapat diberikan mulai dari pagi sampai sore hari. Sedangkan pada malam hari, pengabutan tidak mutlak dilakukan, karena pada malam hari tanaman melakukan proses respirasi. Pemberian pancaran yang kontinyu memberi pengaruh positif pada kecepatan pertumbuhan tanaman, waktu panen yang lebih singkat, sehingga frekuensi penanaman per tahun dapat ditingkatkan dan produktivitas lebih tinggi.

Optimalisasi keterbatasan lahan bisa diatasi dengan sistem aeroponik menggunakan model A. Model ini dapat dikerjakan dengan mudah yang cenderung mempunyai slope ( kemiringan ) seperti bentuk segitiga. Dimensi model A disesuaikan dengan kekuatan styrofoam, bobot tanaman, tekanan pompa, jangkauan springkel dan luas lokasi. Kelemahan model A adalah distribusi cahaya yang kurang merata. Penggunakan slope (kemiringan) menyebabkan tanaman yang terletak dibawah memperoleh intensitas cahaya lebih sedikit daripada tanaman yang diatasnya, karena ternaungi oleh tanaman diatasnya. Permasalahan ini dapat diatasi dengan pemasangan lampu artifial pada posisi dan intensitas yang tepat.

Keunggulan Aeroponik
Oksigenasi dari tiap butiran kabut halus larutan hara yang sampai ke akar merupakan kunci keunggulan aeroponik. Selama perjalanan dari lubang sprinkler hingga sampai ke akar, butiran akan menambat oksigen dari udara sehingga DO dalam butiran meningkat.
Aeropononik merupakan metode bagus karena memproduksi butiran cairan halus (droplet) berupa kabut. Kelebihan dari bentuk kabut adalah
1. lebih mudah diserap tanaman,
2. mudah terbang diudara sehingga distribusi merata jatuhnya perlahan sebab bersifat menyerupai gas

Media perakaran yang paling efektif adalah media yang mampu menyediakan dan mengirim O2 paling banyak ke perakaran tanaman. Tanah padat menyediakan 20-30 % O2 untuk akar. Media tanam kombinasi non tanah menyediakan hingga 50 % O2 dan hidroponik 80% untuk akar. Maka, aeroponik dengan langit sebagai batas memungkinkan akar memperoleh O2 hingga 99%. Inilah alasan mengapa pertumbuhan tanaman aeroponik lebih pesat daripada tanaman memakai metode konvensional.
Aeroponik sesuai dengan kaidah konservasi air dan nutrisi. Evaporasi pada sistem aeropink hingga mencapai O% karena sistem terisolasi (sealed). Sedangkan sisa air yang tidak menempel di akar akan kembali ke larutan yang ada di bawah. Sirkulasi air dan interval penyemprotan dikontrol dengan timer sehingga tanaman akan mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Aeroponik meningkatkan efisiensi penggunaan unsur hara. Pengabutan nutrisi yang otomatis diberikan langsung mengenai akar tanaman sehingga akar dapat menyerap nutrisi dengan lebih mudah. Sisa nutrisi yang tidak menempel di akar akan kembali lagi ke larutan yang ada dibawahnya, dan akan disemprotkan lagi.
Metode aeroponik juga mengoptimalisakan potensi lahan sempit karena tidak harus dibangun pada area yang luas. Aeroponik meminimalisasi resiko terkena damping off karena larutan tidak terkena genangan larutan nutrisi. Sayuran yang diproduksi dengan sistem aeroponik mempunyai penampilan cukup prima serta mempunyai nilai gizi dan vitamin yang tinggi karena diberi nutrisi sesuai kebutuhan tanaman.
Sistem aeroponik bisa meningkatkan pertumbuhan hingga 10 x lebih cepat pada beberapa tanaman semusim daripada menumbuhkan diatas tanah. Ledakan pertumbuhan yang pesat dikarenakan akar intensif memperoleh larutan nutrisi yang kaya DO dan pertumbuhan minim cekaman lingkungan. Nutrisi mencapai perakaran secara langsung tanpa media perantara. Sebab, media perantara bisa menyerap nutrisi dan mengandung bakteri. Kecepatan hantar nutrisi metode aeroponik hingga mencapai 135 % lebih cepat daripada hidroponik yang lain.
Aeroponik merupakan salah satu cara budidaya tanaman hidroponik. Cara ini belum sefamiliar cara-cara hidroponik lainnya (seperti cara tetes, NFT - Nutrient Film Technique). Kalau dilihat dari kata-kata penyusunnya, yaitu terdiri dari Aero + Phonic. Aero berarti udara, phonik artinya cara budidaya, arti secara harafiah cara bercocok tanam di udara, atau bercocok tanam dengan system pengkabutan, dimana akar tanamannya menggantung di udara tanpa media (misalkan tanah), dan kebutuhan nutrisinya dipenuhi dengan cara spraying ke akarnya.
Sejarah ditemukannya cara ini berawal dari penemuan cara hidroponik. Selanjutnya dikembangkanlah system aeroponik pertama kali oleh Dr. Franco Massantini di University of Pia, Italia. Di Indonesia, perintis aeroponik secara komersial adalah Amazing Farm pada tahun 1998 di Lembang (Bandung).
Mengapa harus aeroponik?
Sebuah produk yang dipasarkan, khususnya dengan market toko swalayan/supermarket/hypermarket dituntut 3 hal pokok, yaitu: kualitas, kontinuitas dan produktifitas. Untuk memenuhi ketiga syarat tersebut jika cara budidaya dengan cara konvensional (di tanah) sulit sekali karena banyak faktor yang mempengaruhi. Salah satu cara untuk memenuhi ketiga tuntutan tersebut adalah dengan system hidroponik, khususnya aeroponik. Beberapa alasan menggunakan system aeroponik adalah sebagai berikut :
Luasan lahan untuk pertanian dengan tanah semakin berkurang, harga sewa/beli tanah juga mahal. Dengan menerapkan system aeroponik akan mengurangi ketergantungan ketersediaan tanah dan tidak dibutuhkan rotasi lahan. Dengan system ini setiap saat kita bisa menanam, yang akhirnya setiap hari bisa memanen.
Indonesia mempunyai 2 musim , dimana musim hujan untuk pertanian sayuran di tanah akan menghadapi kendala yang lebih besar, jadwal tanam berubah dan sering terhambat. Dengan aeroponik dipastikan bisa menanam sepanjang musim. Artinya ketersediaan sayuran bisa terjamin.
Penanaman di tanah sangat tergantung pada kualitas tanah dan perawatan serta cuaca. Jika tidak mengetahui kualitas tanah, akan sulit untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Diperparah lagi jika musim hujan, banyak hara yang tercuci oleh air hujan (leaching). Dengan cara aeroponik, ketersediaan nutrisi tanaman terjamin setiap saat, sehingga pertumbuhannya bisa optimal, bahkan maksimal. Pada komoditi tertentu bahkan bisa diperpendek umur panen dengan kualitas yang sama. Pertumbuhan optimal akan mempengaruhi kualitas sayuran yang diperoleh. Kualitas premium dengan volume yang banyak bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diperoleh.
Cara aeroponik tidak terlalu membutuhkan tenaga kerja yang banyak, sehingga menjamin efisiensi tenaga kerja.
Hasil yang diperoleh merupakan produk yang bersih (tidak memerlukan pencucian), sehat (selama proses budidaya tidak menggunakan pestisida, karena ditanam di dalam green house).
Karena dipanen umur muda, daging sayur terasa lebih renyah daripada sayur hasil penanaman di tanah.
Kita bisa membandingkan kelebihan dan kekurangan cara aeroponik dan cara tanam di tanah:
ITEM
AEROPONIK
TANAM DI TANAH
Kebutuhan lahan
AEROPONIK : Luasan yang sempit masih bisa digunakan, kontur lahan tidak harus datar, produktifitas lahan tinggi
TANAM DI TANAH : Harus luas, realtif datar, perlu rotasi, produktifitas lahan tergantung jenis tanah
MUSIM
AEROPONIK : Tidak tergantung musim. Catatan: yang dimaksud di sini adalah kita bisa menanam sepanjang musim, walaupun tentu di musim hujan produktifitas relatif turun karena proses fotosintesis tidak berlangsung sempurna seperti di musim panas
TANAM DI TANAHTergantung musim
KETERSEDIAAN BARANG
AEROPONIK : Ada sepanjang tahun
TANAM DI TANAH : Tidak selalu ada sepanjang tahun
KUALITAS BARANG
AEROPONIK : Bersih, sehat, renyah, aroma kurang
TANAM DI TANAH : Tidak selalu bersih, belum tentu sehat, relatif liat/alot, aroma kuat
SARANA & PRASARANA
AEROPONIK : Butuh green house, suplai listrik yang relative besar,
TANAM DI TANAH : Tidak butuh sarana yang mahal
TEKNOLOGI
AEROPONIK : Teknologi menengah-tinggi
TANAM DI TANAH : Teknologi sederhana
OPERATOR
AEROPONIK : Harus mengerti teknologi, sedikit orang
TANAM DI TANAH : Tidak perlu mengerti teknologi, banyak orang
INVESTASI AWAL
AEROPONIK : Sedang – besar
TANAM DI TANAH : Kecil – sedang
WAKTU
AEROPONIK : Pendek (1 bulan panen), tanpa pengolahan lahan, setiap hari tanam-setiap hari panen
TANAM DI TANAH : Sedang-panjang (1,5 – 2 bulan panen), ada waktu untuk pengolahan lahan, tidak bisa setiap saat tanam dan panen
KEPENUHAN NUTRISI
AEROPONIK : Terpenuhi karena kita bisa mengaturnya dengan ukuran (formula) yang pasti.
TANAM DI TANAH : Tidak selalu (pemenuhan kebutuhan nutrisi sulit diukur dengan tepat)
HAMA DAN PENYAKIT
AEROPONIK : Relatif aman, terlindung oleh green house
TANAM DI TANAH : Beresiko karena ruang terbuka
FLEKSIBILITAS
AEROPONIK : Tanaman dapat dipindah-pindah tanpa tanpa mengganggu pertumbuhan; contoh: pada saat pompa air mati, tanaman dapat dipindah ke unit produksi yang lain.
TANAM DI TANAH : Tanaman tidak bisa dipindah-pindah, tanaman akan stress.
KECEPATAN ADAPTASI
AEROPONIK : Saat pindah tanam, bibit bisa langsung tumbuh tanpa aklimatisasi lama
TANAM DI TANAH : Aklimatisasi lama

Melihat kelebihan dan kekurangan dari cara aeroponik, kita bisa memilih komoditi apa yang bisa dibudidayakan supaya mendapat keuntungan, mengingat investasi awal yang cukup besar.Berdasarkan pengalaman dari Amazing Farm selama sekitar 10 tahun, hampir semua komoditi bisa dibudidayakan secara aeroponik, pemilihan komoditi untuk ditanam dengan system aeroponik:
Akar yang menggantung pada selada keriting
Umur pendek, semakin pendek umur tanaman berarti dalam 1 tahun kita dapat menanam berkali-kali. Contoh: jika umur tanaman 60 hari, 1 tahun dapat menanam 6 kali; jika umur 30 hari, 1 tahun dapat menanam 12 kali. Contoh ekstrim kangkung dapat ditanam di daerah dataran rendah dengan umur panen 18 hari setelah tanam.
Harga jual tinggi
Unik, dengan bibit impor yang biasanya hasilnya berbeda dan lebih bagus dari produk yang ada di pasar lokal, harga jual sayuran bisa tinggi. Komoditi yang dibudidayakan oleh Amazing Farm dibagi dalam 2 kelompok besar berdasarkan kecocokan tanaman terhadap mikroklimat/ketinggian lahan, yaitu :
Kelompok sayuran dataran tinggi, meliputi :a. Golongan selada (lettuce): selada keriting, romaine, butterhead, batavia, lollorossab. Golongan Chinese vegetables: pakcoy, petsay, caisim, kalian, siomakc. Golongan lainnya: kangkung, bayam, horenzo (bayam Jepang)
Kelompok sayuran dataran rendah meliputi ;a. Golongan Chinese vegetables: pakcoy, caisimb. Golongan lain: kangkung, bayam
Pemilihan komoditi juga berdasarkan kebutuhan konsumen. Sebenarnya system aeroponik juga bisa digunakan untuk budidaya tanaman hias dan komoditi lainnya. Yang pernah dicoba adalah budidaya kentang (untuk memperoleh jumlah benih kentang yang banyak dan seragam) dan anthurium “wave of love”. Intinya pemilihan komoditi harus punya nilai jual yang tinggi supaya biaya operasional tertutup.

Aeroponik adalah cara bercocok tanam dimana oksigen ditambahakan ke dalam larutan unsur hara, sehingga memungkinkan perakaran menyerap unsur hara dengan cepat dan mudah. Teknik ini menghasilkan tanam yang tumbuh lebih cepat dah produksi yang tinggi.
Apakah hidroponik itu sama dengan organik?
Terjadi perdebatan yang cukup popular tentang pengertian pupuk dan budidaya secara organik. banyak orang ingin menerapkan organik ke dalam sistem hidroponik. Diketahui bahwa komponen pupuk organik tergantung pada organisme yang ada di dalam tanah untuk merubah bahan organik menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh tanaman. Pada sistem hidroponik, unsur hara yang diperlukan tanaman untuk tumbuh disediakan secara langsung. Hasilnya laju pertumbuhan jauh lebih cepat dan produksi lebih tinggi dan kualitas tanaman lebih baik dari pada yang hasil budidaya secara organik.
Mengapa bertanam dengan sistem hidroponik lebih baik dari pada bertanam di tanah?
Produk hidoponik lebih bersih dari pada yang ditanam di tanah, dan dalam waktu singkat petani dapat mengatur komposisi unsur hara untuk memaksimalkan pertumbuan dan meningkatkan produksi.
Bagaimana rasa produk hidroponik dibandingkan dengan produk yang ditanam di tanah?
Produk hidroponik biasanya lebih baik dari pada yang ditanam di tanah dalam hal rasa dan kandungan nutrisi. Hal ini disebabkan semua unsur hara yang diperlukan tanaman tersedia dengan cepat pada saat diperlukan.
Tolong dijelaskan lebih lengkap macam-macam unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman!
Sekitar 160 tahun yang lalu para ilmuwan menentukan bahwa ada 10 macam unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Tiga diantara 10 macam unsur hara tersebut didapat dari udara dan air, yaitu: C (Carbon), H (Hydrogen), O (Oksigen). Sedangkan yang lainnya N (Nitrogen), P (Phosphor), K (Potassium), Ca (Calcium), Mg (Magnesium), S (Sulphur) dan Fe (Besi) diambil oleh tanaman dari dalam tanah sebagai media tumbuh.Enam unsur hara tambahan ditetapkan sebagai unsur hara essential (penting) untuk pertumbuhan tanaman. Keenam unsur hara penting tersebut adalah Mn (Mangaan), Zn (Zinc), Cu (Tembaga), B (Boron), Mo (Molybden) dan Cl (Chlorine).